Allah Maha Memberi

Hai teman, diselingi kerjaan kantoran yang seakan tidak ada selesainya (ingin aku mengakhiri ini), biarkan saya berceloteh ringan lagi. Hehe. Nah, di post terakhir, saya berjanji untuk meneruskan pembicaraan tentang keuangan. Eh, tiba-tiba ada masuk email dari rumah zakat tentang “IKHLAS”. Gak ada salahnya ya kalau saya copas ke sini, toh bukan perbuatan kriminal, hehe, dan saya anggap nih email bagus.

Sebenarnya saya lebih memilih menyebutnya dengan judul selain “ikhlas”, hm, apa ya?  Mending ngutip dari matematika sedekahnya yang ada di buku Ust Yusuf Mansyur aja kali ya? “10-1=19” 😀

Nih ceritanya..


I K H L A S

 

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket.
Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.

Tapi… Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji: Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik.

Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya : “Ibu,bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi… ” Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa.Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas.
Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten…

“Oke … Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?”

Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya.”Terimakasih…, Ibu”
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya.Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau…

Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya “Anisa…, Anisa sayang ngga sama Ayah ?” “Tentu dong… Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !”
“Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu…”
“Yah…, jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil “si Ratu” boneka kuda dari nenek… ! Itu kesayanganku juga”
“Ya sudahlah sayang,… ngga apa-apa !”. Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi, “Anisa…, Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?”
“Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?”.
“Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu.”
“Jangan Ayah… Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.. ”
Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam.
Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya,mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya…
“Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?”

Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya ” Kalau Ayah mau… ambillah kalung Anisa”

Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih… sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa…
“Anisa… ini untuk Anisa. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau”

Ya…, ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

Demikian pula halnya dengan Allah S.W.T.. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa : Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan…

Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita yakin tidak akan Allah mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Suami Ingin Menjadi Istri

Setiap pulang kerja, Anto selalu melihat istrinya sedang tidur nyenyak di sofa ruang keluarga rumahnya. Mulai Senin hingga Jumat, selalu seperti itu pemandangan yang dilihat oleh Anto. Ia mulai dongkol, “capek-capek kerja seharian, pulang-pulang kok ga disambut dengan pelukan dan teh hangat”, ia mendongkol dalam hati.

Ia pun meminta kepada Sang Khalik untuk dibalik saja keadaan yang selama ini terjadi. Ia ingin menjadi istrinya, dan biarkan istrinya menjadi dirinya. Dengan harapan agar si istri mengetahui bagaimana susahnya mencari uang.

Keesokan harinya, permintaan tadi malam dikabulkan. Tiba-tiba saja ia berubah menjadi istrinya, dan tanpa disadari, istrinya juga berubah menjadi sang suami. “Nah, asyik kan”, gumam sang Suami.

Nah, mulailah petualangan baru Anto menjadi istrinya.

Jam 05.00

Dia menyiapkan makanan dan sarapan bagi suami dan anak-anaknya. Setelah itu membangunkan seisi rumah, karena dia bangun selalu yang paling awal. “Ah, sudah biasa”, pikir Anto

Jam 06.00

Dia mencium suami jadi-jadiannya. Lalu mengantarkan anak-anak ke sekolahnya masing-masing. “Senangnya….”, gumam Anto

Jam 08.00

Dia sampai lagi di rumah, dan mulai beberes rumah. Mulai dari menyapu, mengepel, nyuci baju, nyetrika, nyuci piring, dan lainnya. Kontan saja dia melakukan semuanya sendiri, karena belum juga mempunyai seorang pembantu rumah tangga.  Tidak terasa sudah jam 11.00, dia baru saja selesai membereskan seisi rumah. Malah sampai-sampai tidak sempat menonton acara gossip atau politik. “Asem….”, gerutu Anto.

Jam 11.00

Dia harus sudah pergi lagi keluar rumah. Kali ini dia harus menjemput si bungsu yang masih SD. Terpaksa dia hidupkan mobil dan mulai ngebut ke sekolah anaknya. Setelah menjemput si bungsu, dia baru ingat kalau putri cantiknya hari ini tidak ada les bahasa inggris, jadi bisa pulang lebih awal. Bergegas ia menjemput putrinya.

Jam 13.00

Sesampainya di rumah, dia masih disibukkan dengan memasak makanan siang untuk anak-anaknya. “Jangan Indomie ya, Ma” pinta si bungsu. Tak ayal, dia harus memasak makanan yang sedikit istimewa, nasi goreng plus plus.

Jam 15.00

Tidak terasa, sudah jam 3 sore. Dia memandikan si bungsu, dan sambil menonton televisi, dia pun terlelap di sofa sangkin capeknya seharian “bekerja”.

Jam 16.30

Suaminya pulang, dan melihat dirinya masih tertidur lelap. Bangun-bangun sudah jam 7 malam, dan dia harus menyiapkan makanan malam, dan bersenda gurau dengan keluarga kecilnya.

Jam 21.00

Setelah family time selesai, dia mulai merasakan capeknya menjadi istrinya. Sedangkan selama ini dia bekerja di kantor hanya dengan duduk memandangi computer dan bergerak-gerak sedikit. Sangat berkebalikan dengan apa yang dilakukan oleh istrinya setiap hari. Dia pun sadar bahwa dia salah. Her Activity is no equal.

Jam 21.05

Dia mulai berpikir untuk tidur. Eh, ternyata sang suami meminta untuk “dimanja”. Sebagai istri yang baik, dia harus melayani permintaan sang suami. 😀

Tak terasa, terlelap, dan bangun lagi jam 05.00 esok hari. Begitu seterusnya selama lebih kurang 20 hari permintaannya untuk bertukar peran menjadi sang istri. Di hari yang ke 21, dia pun meminta kepada Sang Khalik untuk kembali menjadi suami, dan berjanji untuk tidak merasa marah kepada istrinya jika melihat istrinya tertidur lelap setiap sore, karena dia sudah tau alasannya.

Tapi …

Sang Khalik mem-pending permintaan tersebut .. “Wah tidak bisa, karena kamu sudah ‘isi’, jadi untuk sementara permintaan kamu dipending sampai kamu melahirkan anak ketiga kalian”

“WHATTTTT???” teriak Tono.

Ps. Rumput Gue Lebih Asik dari Rumput Tetangga

Dikutip dari wejangan pagi bos saya 😀

Bersemi di Bumi dan Berbuah di Langit

Duhai pencinta yang kehilangan kesabaran karena api kerinduan
Tak ubahnya engkau sepertiku yang menderita karena terbakar api cinta
Bangkitlah engkau dari tempatmu yang menjemukan itu
Menuju ke pelaminan di mana mempelaimu telah menunggu

Bangkitlah engkau, karena telah tiba masanya
Engkau rengguk anggur kenikmatan setelah lama mengalami penderitaan
Bangkitlah engkau, karena lilinmu ini serupa denganmu yang tak sabar menunggu
Ia menderita sepertimu karena terbakar lamanya waktu menunggu

Sudahlah, cukup engkau sepertiku, yang meleleh terbakar
Yang menangis saban hari dan menumpahkan segala isi hati
Sungguh, cahaya yang sempat hilang dari hatimu
Kini telah kembali di hadapanmu
Hempaskan jiwamu kepadanya
Seperti kupu-kupu terhempas karena mabuk cinta

Duhai pengelana
Telah jauh kakimu melangkah
Menuju akhir perjalanan yang engkau inginkan

Tuhan telah memudahkanmu dalam menggapai impian-impianmu
Ini dia pujaanmu yang berjalan sendiri menuju arahmu
Akhir perjalananmu telah mendekatimu

Duhai perindu berselimut kebahagiaan
Bangkitlah agar engkau dapat menyambut dan menerimanya
Agar engkau dapat menemani dan merengkuhnya

Duhai perindu yang selalu dahaga
Bangkitlah, karena cawan-cawan itu telah menari-nari
Dan perasan-perasan anggur di dalamnya telah menanti

Novel Mamo-Zein

band baru bermunculan tanpa mutu?

Menyambung tulisan saya di “Perbaiki Musik Indonesia“, kali ini saya mengambil topik tak jauh beda: kualitas band baru di Indonesia. Ya, kita sama-sama tahu kalau sekarang, dengan adanya Inb*x dan Dahsy*t dan sejenisnya, memberikan kesempatan kepada band-band baru (dan lama) untuk memperdengarkan kebolehan bermusik dan karya mereka ke penikmat musik tanah air. Secara jujur, saya angkat topi dengan adanya tayangan-tayangan semacam ini. Tapi, fokus saya sekarang adalah tentang band yang diusung acara-acara tersebut.

Sebut saja ****** Band. Dari segi nama, sudah tidak mencerminkan kualitas bermusik mereka. Dari sisi fashion, jelas banget terlihat keanehan yang mencolok dan menjijikkan. Saya rasa mereka ingin mengikat penikmat musik Indonesia dengan tampilan mereka (mungkin terinspirasi dengan Kuburan Band), karena saya tidak melihat hal lain yang dapat ditonjolkan dalam band ini.

Saya bukannya mau menghujat, tapi karena tak ingin ini berlangsung terlalu lama, saya terpaksa meneruskan kembali pemikiran ini. Maaf juga kalau ada pihak yang tidak berkenan, artikel ini hanya pengutaraan pendapat saya. Dan saya juga bukan ahli dalam bidang musik, hanya saja memiliki feel kuat dalam menikmati musik.

Oke, apa yang dapat kita harapkan dari band-band baru yang notabene kualitas musik mereka masih minim. Mereka butuh mentor. Bekerjalah bersama musisi senior Indonesia, seperti Padi, Dewa, Slank, dsb. Mudah-mudahan dapat jadi masukan atas perkembangan musik Indonesia.

Satu hal yang menarik, ntah karena alasan apa, saya kira musisi senior sekarang seakan mendegradasikan dengan sengaja musikalitas mereka. Musik mereka sudah tidak lagi sekompleks dulu. Apakah karena ingin bersaing dengan band/musisi lain yang lagunya lebih sederhana (baca: seadanya)?